Jumat, 07 September 2012

Sadarkah kita?


Ada sebuah cerita dari seorang mahasiswa yang kuliah di Australia. Singkat cerita dia bertemu dengan orang  Malaysia dan mereka ngobrol banyak. “Indonesia itu kaya sekali”, kata si orang Malaysia itu. Namun si mahasiswa Indonesia itu berkata dalam hati “ah saya sudah tau itu”. Orang Malaysia itu pun melanjutkan “hey.. Indonesia tak butuh dunia, dunialah yang sangat membutuhkan Indonesia”. Mahasiswa itu pun sedikit kaget mendengarnya. Bagaimana tidak, coba aja hutan yang ada di Indonesia ditebang semua. Kutub utara mencair? Global warming? Penyakit makin dahsyat?. Jelas dong. Indonesia paru-paru dunia. Belum lagi kekayaan lautnya, tambang, pertanian dan berbagai macam keanekaragamannya.

Apakah kita sadar Indonesia yang sangaaaaaat kaya tapi masih banyak masyarakatnya miskin? Mungkin iya mungkin tidak. Coba kita lihat, menurut worldbank, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 50% dengan indicator penghasilan di bawah 2 US$/hari. Siapa mereka? Masyarakat Indonesia, saudara kita. di mana mereka?? Sekeliling kita.

Apakah kita sadar sebagian besar biaya pendidikan kita dibiayai oleh para petani, pedagang, nelayan dan buruh? Mereka adalah mayoritas penduduk Indonesia dan mayoritas pula yang tidak mampu. Namun apa yang kita lakukan? Mengangkat derajat mereka. Iya itu yang dilakukan, tetapi tidak banyak yang melakukan. Mungkin malah ngegalau gak bisa malam minggu, hura-hura, moral berantakan, integritas cuma sebatas uang kertas, daaaan ahhhh problema anak muda hedonis. Pendidikan kita bau keringat mereka, kawan!!! Pendidikan harusnya memberikan berubahan yang massive. Perubahan yang nyata untuk negri ini. Saya memang belum melakukan banyak untuk negri tercinta ini, namun kita bisa berjuang bersama.

Hey pemuda!!  Ayo kita renungkan bersama. Tanyakan pada diri kita. kontribusi apa yang sudah kita lakukan? Atau apa yang akan kita lakukan 10, 15, 20 tahun yang akan datang?. Sedang lemah kah kita? sedangkan di sisi lain banyak saudara-saudara kita hidup serba keras, kekurangan dan keterbatasan melawan nasib tanpa lelah. Tertutupkah mata kita? atau sengaja menutup?. Negri ini ada di pundak kita kawan. Hanya ada dua pilihan, memikulnya sampai pada kesejahteraan atau menjatuhkannya tanpa peduli. Pemuda sebagai agen perubahan memang bukan omong kosong.

Memang sungguh ironis melihat Indonesia yang kaya raya namun rakyatnya tidak bisa menikmati itu. Masih ada gizi buruk, kelaparan, putus sekolah. Lalu salah siapa? Salah pemerintah? Sudah bosan rasanya mendengar berita korupsi, suap, penindasan, kerusuhan, dan tingkah laku para pejabat busuk. Ah… sudahlah jangan banyak menuntut pemerintah. Saatnya kita berkontribusi. Tak perlu pula terlalu lama mencari solusi skala besar. Melangkahlah, nyalakan lilin, bakar obor kita. sekecil apapun kontribusi kita, akan berdampak besar. Tutup sejenak mulut kita untuk banyak menuntut, lupakan untuk mengeluh. Ayo bergerak, ayo beraksi, ayo berkontribusi. Nyalakan lilinmu

Rasau jaya, 6 september 2012
Pukul 20:12