Beberapa hari yang lalu saya mengikuti gerakan “berbagi nasi”,
kegiatannya sekitar jam 10 malam kita bagiin nasi kepada orang-orang yang tidur
di tepian jalanan, di atas jembatan dan orang-orang yang kerjanya di jalanan. Saya
dan teman saya, samudra, tidak tau mengapa langkah-langkah kami begitu ringan
untuk pergi menuju tempat berkumpulnya tim Berbagi Nasi. Setelah sampai di TKP, saya dan samudra ikut “beraksi” untuk
membagikan nasi dan air kepada target. Yang menarik dari berbagi nasi adalah
dari nasi kita tau masalah-masalah yang nyata di sana. Dari cerita salah satu
tim Berbagi Nasi kang fauzan, dia pernah menemukan bayi yang baru berusia 5
hari. Dan keadaanya sudah menguning.
Sebenarnya banyak cerita dari tim Berbagi Nasi, dari yang
sakit, ibu yang hamil sampai bapak-bapak yang ingin pulang ingin membelikan
kain kafan dan pulang kampung karena bapaknya meninggal tetapi tidak punya
biaya. Ada yang menarik setelah kegiatan ini, kami yang baru bergabung diskusi
kecil-kecilan. Kang danang mengatakan, “kita sebenarnya tidak menolong mereka,
namun kita yang menolong diri kita sendiri” ada makna yang dalam dari berbagi
nasi. Dari nasi ini kita belajar bersyukur, masih banyak yang perlu makanan.
Sebungkus nasipun tidak akan membuat mereka kaya, namun
sebungkus nasi ini mengajarkan kita untuk berbagi. Dari sini kita belajar untuk
menjadi orang kaya, maksudnya kita membiasakan untuk berbagi sebagai kebiasaan.