Jumat, 22 November 2013

Menolong Diri Sendiri

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti gerakan “berbagi nasi”, kegiatannya sekitar jam 10 malam kita bagiin nasi kepada orang-orang yang tidur di tepian jalanan, di atas jembatan dan orang-orang yang kerjanya di jalanan. Saya dan teman saya, samudra, tidak tau mengapa langkah-langkah kami begitu ringan untuk pergi menuju tempat berkumpulnya tim Berbagi Nasi. Setelah sampai di  TKP, saya dan samudra ikut “beraksi” untuk membagikan nasi dan air kepada target. Yang menarik dari berbagi nasi adalah dari nasi kita tau masalah-masalah yang nyata di sana. Dari cerita salah satu tim Berbagi Nasi kang fauzan, dia pernah menemukan bayi yang baru berusia 5 hari. Dan keadaanya sudah menguning.

Sebenarnya banyak cerita dari tim Berbagi Nasi, dari yang sakit, ibu yang hamil sampai bapak-bapak yang ingin pulang ingin membelikan kain kafan dan pulang kampung karena bapaknya meninggal tetapi tidak punya biaya. Ada yang menarik setelah kegiatan ini, kami yang baru bergabung diskusi kecil-kecilan. Kang danang mengatakan, “kita sebenarnya tidak menolong mereka, namun kita yang menolong diri kita sendiri” ada makna yang dalam dari berbagi nasi. Dari nasi ini kita belajar bersyukur, masih banyak yang perlu makanan.


Sebungkus nasipun tidak akan membuat mereka kaya, namun sebungkus nasi ini mengajarkan kita untuk berbagi. Dari sini kita belajar untuk menjadi orang kaya, maksudnya kita membiasakan untuk berbagi sebagai kebiasaan. 

Sabtu, 16 November 2013

Memiliki Indonesia

Kira-kira kalau kita punya rumah tetapi sangat kotor apa yang kita lakukan? Pasti membersihkannya kan?. Kok kenapa kita mau membersihkan rumah kita? Kan itu rumah sendiri. Karena kita yang punya rumah itu. Beda kalau itu bukan rumah kita, mungkin masa bodoh aja. Rumah yang kita tinggali, tempat kita berteduh, dan “surganya” kita ya mestinya harus dirawat dong. Ga mungkin dong rumah yang kita tinggal di situ kalau ada yang rusak dibiarin aja. Setidaknya sama-sama benerin rumah itu.

Saat ini “rumah besar” kita adalah Indonesia. Ya I-N-D-O-N-E-S-I-A. kita yang dilahirkan di tanah tercinta ini, kita yang minum air dari negeri ini, kita yang menghirup udara setiap saat dan mungkin kita yang akan kembali bersatu menjadi tanah kembali. Ya negeri kita saat ini memang sedang “kotor” dan banyak yang “rusak”. Namun kalau kita punya rasa memiliki Indonesia, maka kita akan bersama-sama membersihkan dan merawat Indonesia. Indonesia memang luas, kaya dan menawan. Kalau “rumah besar” kita ini bermasalah yaa setidaknya jangan jadi bagian dari masalah itu atau menjadi solusi itu jauh lebih baik.

Menjadi solusi itu sebuah keharusan. Apalagi pemudanya. Saat ini rakyat Indonesia masih banyak yang miskin, ya minimal kita tidak miskin. Kalau solusi saya jadi pengusaha, buat lapangan pekerjaan. Ini solusi pribadi saya. Sudahlah tak perlu mengecam keadaan lagi apalagi mengecam pemerintah. Mau menjadi bagian dari masalah atau solusi?! Sekali lagi, ini Rumah kita ayo kita yang merawat. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi?

Memang Indonesia sedang “kotor” saatnya kita “menyapu”. Ayo buat gerakan #IndonesiaMenyapu. Eh buakan J. Maksud saya kalau menyapu itu lidinya harus banyak. Kalau lidinya Cuma satu ya kapan mau bersihnya?. Jika ada masalah dikerjakan keroyokan atau sama-sama pasti bakal lebih mudah. Kalau solusi saya dulu membuat komunitas dan sampai saat ini bergerak di pendidikan anak-anak. Ini sebuah usaha bersama teman-teman untuk memajukan pendidikan di daerah saya. Walaupun usaha kecil namun visi kami besar. Focus aja satu masalah kemudian cari solusinya dan yang penting bareng-bareng.


Indonesia mempunyai potensi yang besar, namun juga masalah yang besar. Sudah saatnya kita yang mengendalikan seluruh kekayaan negri ini. Karena kita yang memiliki Indonesia. Anak bangsa yang harus memilikinya bukan asing yang merebutnya. Ayo kita sama-sama memiliki Indonesia J

Jumat, 08 November 2013

Mental Kaya

Tentang mental kaya, ini bukan masalah materi atau cari mendapatkan materi. Ini tentang non materi tetapi sangat penting bagi kita. Saya bukan udah nguasain ini tetapi masih tahap belajar dan akan belajar terus tentang mental kaya. Mental kaya ini jauh lebih penting dari kekayaan itu sendiri. Dari sebagian kecil pengalaman saya, pengalaman orang lain dan dari buku-buku, mental kaya ini bukan haya milik orang yang punya kekayaan saja. Mental kaya harus dimiliki semua orang, dari yang miskin, yang dalam proses menuju kaya apalagi yang udah kaya secara materi. Menurut saya, ini beberapa mental yang harus dimiliki agar bermental kaya. Yuk lanjut

Yang pertama harus BERSYUKUR. Ini jurus yang sebenarnya bukan rahasia lagi tetapi kebanyakan dari kita (apalagi saya) sering lupa. Kalau mau itung-itungan, dari badan kita aja udah berharga banget. Coba berapa harga ginjal? Milyaran!!!  Itu baru satu organ. Belum lagi mata, jantung, hati, darah daaaaaaaaaaaaan masih banyak lagi. Ga bakal keitung berapa nominalnya. Mengutip dari ayat Al-Quran “nikmat Tuhanmu yang mana kamu dustakan”. Ga ada alasan untuk nyalahin keadaan kalau kita beralasan ga punya apa-apa. Toh kita ini kaya buaaaanget kok

Yang kedua MEMBERI. Ini adalah kebiasaan orang-orang kaya. Tau berapa sedekah Bill Gates? 266 Triliun!!! “wajar dong dia kan kaya” Mungkin ada respon sebagian orang seperti ini. Tapi coba liat seorang pemulung yang bernama Bu Sahati Wati yang menabung selama 7 tahun untuk bisa berkurban di hari raya Idul Adha. Saya sendiri malu melihat beritanya. Sekali lagi, mental kaya tidak memandang kaya atau miskin. Yang jelas member tak akan membuat kita menjadi miskin dan saya belum pernah melihat sejarahnya sedekah kemudian menjadi miskin.

Yang ketiga TIDAK MEMINTA-MINTA. Meminta-minta bukan kepada manusia ya, mintanya cukup kepada Yang Maha KAYA aja. Mau tau berapa penghasilan pengemis? Yuk itung-itung. Di Jakarta pengemis bisa melebihi gaji manajer. Yaaa bisa sampai 30 juta perbulan deh. Seger keliatannya. Menurut saya bukan masalah duitnya, tetapi cara mendapatkannya. Bermental kaya itu memberi, itu aja. Yaa kalau diberi ya terima aja, kan hadiah. Tetapi kalau ga diberi jangan mita-minta juga.


Yang keempat MENGHARGAI WAKTU. Nah ini, kesejahteraan Indonesia sangat berhubungan dengan orang Indonesia yang menghargai waktu. Lagi-lagi ini menurut saya, kalau warga Indonesia bisa menghargai waktu dan disiplin waktu bisa jadi kesejahteraan meningkat. Saya ngebayanginnya sih begitu. Sepertinya di Negara-negara maju waktu sangat dihargai eh bukan sepertinya tetapi memang. di jepang kalau telat malu sekali. Di eropa wahhh ga tau deh. Bukan bermaksud menjelekkan Indonesia, tetapi ayo sama-sama memperbaikinya. Yaa sudah, semoga kita bisa mengamalkannya. F!GHT *semangat membara*