Selasa, 25 Oktober 2016

Kenapa Harus Fokus?

Jadi begini, semakin kita ga fokus, semakin ga ada  sesuatu yang kita kerjakan menjadikan kita AHLI di bidang itu. Kalau aku ditanya olah raga yang aku bisa apa? Banyak. Sepak bola, futsal, volley, bulu tangkis, renang, catur, basket, lari dan olah raga jari (ngetik). tapiiiiii, ga ada yang benar-benar jadi prestasi yang WAH. Walaupun pernah terbaik pemain basket se-SMP tapi ga pernah juara, pelari tercepat di SMA, juara 1 futsal di kampus, mentok juara 2 di kampung halaman dan top skor. Walaupun dengan begitu ga bawa ke tingkat yang lebih. Cuma gitu-gitu aja. Karena ga diseriusin. Abis ini pindah yang lain lagi.

Kemampuan design. Bisa juga. Corel draw, photoshop, editing video, photograpy. Internet marketing juga. social media strategy, facebook ads, instagram ads, youtube, blogger, marketing research, SEO (search engine optimation). Masih ada beberapa hal-hal yang bisa dilakukan. Kayak masak (bisnis kuliner gagal kayaknya karena ga enak -__-), ilmu NLP, buat business plan, psikologi terapan dan yang lainnya lah. Entar dikira sombong kalau disebutin semua.

Intinya begini, kelihatannya banyak hal yang aku bisa. Kelihatannya keren. Tapiiiiiiii, ga ada satupun yang benar-benar AHLI di situ.  Ga ada yang jadi master di bidangnya. Bukannya menyesali atau ga bersyukur. Ini adalah pelajaran semakin banyak hal yang kita bisa semakin ga ahli. Kita bukan superman. Kalau mau lihat para ahli lain yang keren banyaaak. Albert einstein di bidang fisika. Malah lebih spesifik teori relativitas, mekanika dsb. Ga semua bidang fisika apalagi bidang biologi.

Ini bukan membatasi kalau focus di satu bidang. Bukan. Malah membuka hal yang tak terduga lainnya. Kalaupun mau mengerjakan yang lainnya yaa sebatas “hiburan” untuk pengetahuan umum biar bisa nyambung diajak ngobrol orang lain. Tapi bukan buat ditekuni lagi. Bisa dilihat berapa banyak waktu yang dihabiskan hal itu. Kalau mau jadi penulis ya berjam-jam nulis, baca buku dan “membaca” sekitar. Jika musisi, setidaknya 8 jam sehari latihan. Begitu juga bidang lainnya.

Ingin bermanfaat banyak orang? Ya juga fokus. Jadilah pengacara yang ahli, petani yang ahli, pebisnis yang ahli, peneliti yang ahli, ilmuan yang ahli, internet marketer yang ahli, designer yang ahli dan bidang lainnya. Dan ingin dampak yang besar, BERKOLABORASI. Misal, ingin buat program sekolah gratis yang punya karakter. Ada penyokong dana dari pengusaha, bagian hukum yang bisa menjamin legalitas, pendidik yang punya metode modern untuk pengajar dan murid, “hantu” media social agar bisa kebaikan tersebar dan menjadi contoh, ahli management agar rencana berjalan baik dan aspek lainnya. Semuanya ngumpul jadi satu. Tinggal “kue” bagian mana yang mau kita ambil. Karena saat ini kolaborasi adalah cara baru untuk berkompetisi. Kira-kira begitulah.

Ga peduli juga orang lain udah samapi mana. karena kita ga tau juga udah berapa lama dia untuk sampai di sana. ga peduli juga momentum ketinggalan sama yang lain. biarkan yang lain jadi kutu loncat sedangkan kita hanya di satu hal. biar sampai akhirnya kita tuai. kita manfaatkan. untuk jadi ahli perlu 10.000 jam. stay focus.

Kertas yang terbakar karena kaca pembesar disebabkan oleh cahaya yang difokuskan. 

Minggu, 31 Juli 2016

Pertanyaan-pertanyaan

Sebelum engkau lahir, masih di dalam rahim, kedua orangtuamu bertanya sambil mengelus-ngelus perut sang ibu
“apa jenis kelaminmu?”
“mirip ayahnya atau ibunya?”
“normal atau tidak?” atau apalah

Tapi jauh sebelum dari itu malaikat bertanya kepada Allah tentang engkau
"…Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?..."

Pada saat engkau sudah terlahir, bisa berlari, pandai berbicara dan mulai mengenal dunia. Orang-orang akan bertanya
“siapa namamu?”
“sekolah dimana?”
“suka main apa?”
“cita-cita kamu apa?”

Dan ketika kamu harus menentukan mau kemana arah hidupmu. Orang-orang terus bertanya
“kuliah di mana?”
“jurusan apa?”
“semester berapa?”

Ketika engkau menyentuh angka 20an. Pertanyaan mulai menyesakkan.
“kapan wisuda?”
“kerja apa?”
“kerja di mana?”
“kapan nikah?”

Mungkin akan berlanjut…
“anak sudah berapa?”
“anak sekolah di mana?”
Daaan banyak pertanyaan lainnya.

Hingga akhirnya tak ada lagi orang yang bertanya tentang engkau. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Sampai saatnya sang malaikat yang bertanya…..
“Man Rabbuka? Siapa Tuhanmu?
“Man Nabiyyuka? Siapa Nabimu?
“Ma Dinuka? Apa agamamu?
“Man Imamuka? Siapa imammu?
“Aina Qiblatuka? Di mana kiblatmu?
“Man Ikhwanuka? Siapa saudaramu?

Minggu, 03 Juli 2016

Pulang

Pulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi yang polpuler di Indonesia. Setiap hari raya idul fitri orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampong halaman. Setelah mencari keberuntungan di tanah rantau. Entah itu yang kuliah, kerja ataupun memang karena tugas. Kalau boleh saya bilang, tanah rantau adalah tanah perjuangan. Berjuang demi pendidikan, ekonomi bahkan agama.

Pulang ke kampung halaman. Bagi para perantau, pulang seperti halnya mencari kedamaian. Bertemu kembali rindu-rindu yang selama ini terhalang oleh ruang dimensi. Pulang bertemu dengan keluarga tercinta, sanak saudara dan teman seperjuangan dulu. Pulang dari kebisingan kota kembali desa. Pulang kembali ke tempat kita dilahirkan. Kembali menjadi bukan apa-apa. Karena pangkat, jabatan ataupun gelar tidak banyak berpengaruh di sana.

Kadang tidak jarang para perantau membawa bekal sangat banyak untuk sanak keluarga. Hingga berkoper-koper, tas-tas dan kantong bawaan yang bejubel. Memang menyedihkan ketika pulang tak membawa apa-apa. Tanpa membawa sedikitpun oleh-oleh. Seperti tidak membawa hasil apapun.

Pulanglah. Kampung halaman kita yang sebenarnya adalah kampung akhirat. Kesana kita akan kembali. Dunia hanyalah tempat singgah. Hanya sementara untuk mencari bekal. Memang menyedihkan ketika pulang tanpa bekal. Tanpa “oleh-oleh” untuk kembali. Kita memang perantau di dunia. Semoga kita pulang dengan keadaan yang sebaik-baiknya. 

Rabu, 18 Mei 2016

Kopdar Akbar Yukbisnis Bali 2016

OPTIMASI TOKO ONLINE
Keringat Minimum, Penghasilan Maksimum
Masih banyak pebisnis online yang bekerja dengan cara seperti ini:

Sibuk membalas chat, tapi order tetap minim.
Punya toko online, seperti kuburan, sepi.
Sibuk mengecek pembayaran, yang tak kunjung datang.
Tak memiliki database konsumen.
Banyak kerja, sedikit closing.

Atau beriklan trial error, karena tak memiliki data analitik:

Berapa banyak pengunjung hari ini?
Berapa yang konversi?
Siapa saja profil pembeli?
Jam berapa sebaiknya beriklan?
Bagaimana beriklan yang tokcer?

Atau mungkin merasa waktu berjalan begitu cepat, sementara orderan tetap melambat?

Pengin berubah, tapi tak tahu apa yang salah?

Seperti masuk ke lorong yang gelap, menjalani kehidupan, tanpa harapan.


Perlu pencerahan?


Jika Anda mengalami gejala-gejala seperti diatas, setidaknya 3 poin saja, maka Anda perlu memperbaiki ‘skill dan tools’, antara lain:


Menata Toko Online agar nyaman dikunjungi.
Membaca dan menganalisa Data Analytic.
Mendalami strategi ‘Growth Hacking’ untuk Toko Online.
Otomatisasi Media Sosial dan Auto Responder.
Membangun dan mengelola database pelanggan.
Memanfaatkan Sumber Trafik yang tepat untuk mendatangkan pelanggan.
Memahami Bisnis Model, Partnership dan Investor.
Memilih aplikasi untuk mendongkrak produktivitas.

Tak usah takut dengan istilah-istilah diatas, karena prakteknya lebih mudah dibanding namanya. Asalkan tekun dan belajar kepada praktisi yang teruji.


Kesemua itu adalah fokus materi KOPDAR AKBAR YUKBISNIS 2016.


Jika tahun lalu, kebanyakan materi untuk calon pengusaha atau pengusaha pemula, serta durasi per pengajar hanya 2 jam saja…

Maka tahun ini, total pembicara hanya setengahnya saja, agar ilmu yang didapat lebih mendalam. Kelas pararel dipangkas menjadi 2 kelas: Menengah dan Lanjutan.


Tak usah khawatir, masih ada waktu bagi Anda untuk mengejar ketinggalan, sebelum Kopdar Akbar tiba..!!


---------------------------------------------------------------------------------


KOPDAR AKBAR YUKBISNIS 2016

Werdha Pura Beach Hotel,

Sanur - BALI


16 - 18 Agustus 2016


Pembicara:

Riyeke Ustadyanto - Ipaymu
Aulia E Rahmanto - Blanja.com
Rico Huang - Alona Gadget
Fahmi Hakim - Kelas BOS
Jaya Setiabudi - Yukbisnis.com
Rully Kustandar - Kebun Emas
Rendy Saputra - Keke Group
Zulqarnain Rosano - Iwearzule


daftar klik http://yuk.bi/t21f81

Selasa, 17 Mei 2016

Berfikir 500 Juta


Dulu, kira-kira setahun lebih yang lalu ketika masih jualan Ramen burger, gurunda sekaligus papah saya, mas Kukuh Indraprasena (manggilnya tetep pake ‘mas’ biar muda terus hehe tongue emoticon ) pernah bertanya kira-kira begini “ kalau kamu punya uang 500 juta buat bisnismu, kamu mau ngapain?” ya saya jawab “saya bakal riset dulu, mas, develop product, iklan yang kenceng, nyari lokasi yang strategis dll” pokoknya nyerocos tuh jawaban. Terus guru saya Tanya lagi “sekarang, kalau kamu punya uang untuk bisnismu ‘Cuma’ 5 juta, 500 ribu deh. Kamu mau ngapain?” terus saya diam sebentar sambil mikir dan ngomong dalam hati “duit segitu gimana caranya buat ngembangin bisnis?”. Karena kelamaan mikir, gurunda saya langsung berpesan “kalau kamu punya uang 500 juta dan kamu berfikir liar itu wajar. Tapi, bagaimana caranya dengan uang yang relative sedikit itu bisa berpikir seliar 500 juta tadi.”
Sampai hari ini pesan gurunda saya masih keingat kuat di otak. Walaupun diajarkan berfikir liar, action plan juga harus dibuat (kalau ini biasanya agak bandel dengan alas an dan penundaan). Jangan semuanya liar juga gitu. Selama saya menjalaniNetepan Sajadah Denim , saya coba menerapkan hal-hal yang belum saya fikirkan dulu. Di Netepan Sajadah Denim saya nyaris 0 (nol) rupiah dari uang pribadi untuk membangunnya . mulai dari akadnya bayar mudur dengan designer untuk logo sebelum logo yang sekarang ini, design sajadahnya juga, foto product, laptop dll. Kalau diuangkan lumayan gede jika dari kantong pribadi.
Luar biasanya kalau sharing sama gurunda mas Kukuh banyak hal yang di bahas. Mulai dari sharing masalah bisnis sampai masalah pernikahan juga hehe. Jadi belajar ilmu bisnis juga belajar ilmu kehidupan.

Minggu, 27 Maret 2016

Nasihat Bapak dan Bisnis

Tanggal 22 Agustus 2013 saya meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke bandung. Saya di bandung kuliah informal di YEA Indonesia. Kuliah bisnis. Sebelum saya pergi, bapak saya “Cuma” memberi nasihat sangaaaat singkat. “jangan lupa dzikir”. Iya Cuma itu. Seolah-olah saya dititipkan ke Allah, kalau ada masalah ke Allah aja. Karena bapak saya tau, di bandung sama sekali tidak punya saudara. Memang saya jarang dinasehati secara lisan. Nasihatnya lebih banyak ke teladan. Seperti mengajari sholat jamaah di masjid, kerja keras jam 2 atau 3 sudah di kebun, tanggung jawab pemimpin kepada “rakyatnya” karena bapak ketua RW dll. Hampir-hampir ga pernah dapet teori muluk-muluk dari mulut bapak saya. Yaaa kadang omelan dapet juga hehehe

Di bandung saya sudah beberapa kali menjalani bisnis seperti milk tea, jual tiket event, jual kaos, hijab dan ramen burger. Alhamdulillah semuanya tutup J. Secara financial mungkin saya rugi tapi ilmu dan pengalaman untung besar. Banyak pelajaran dari pengalaman-pengalaman sebelumnya. Ada beberapa pengalaman pahit. cedera sedikit ga apalah. Toh jadi obat, kok.

Setelah 2 tahun merantau, saya ingat lagi nasihat bapak saya. Ya… jangan lupa dzikir. Awalnya saya kira dzikir hanya subhanallah, Alhamdulillah dan Allahu akbar. Setelah belajar lagi, dzikir itu macam-macam. Sholat, ngaji, sabar, syukur, doa dll. Jadi pesannya yang dari jangan lupa dzikir jadi luas. Jangan lupa sholat, jangan lupa ngaji, jangan lupa sedekah, jangan lupa doa daaaaan seterusnya. Walaupun ibadah saya jauuuuuh dari kata bagus, tapi banyak keajaiban-keajaiban datang. Dari pas ga punya uang ehh ada yang traktir makan hehe, ga ada modal alhamdulillah ada yang modalin.


Akhirnya diajak buat bisnis lagi dan produknya sajadah denim. Kedengerannya keren dan setelah dihitung potensi pasarnya, langsung hari itu saya juga bilang, OKE. Saya juga yang jadi CEO-nya (chief everything officer hehehe). produknya sajadah untuk sholat tapi ini bahannya dari denim dengan brand Netepan. Arti netepan dalam bahasa sunda adalah Sholat. Targetnya untuk anak muda jelas. Mencoba mengajak anak muda terutama saya sendiri untuk “gaul boleh, tapi sholat ga boleh tinggal”. Itu tag line dari Netepan. Seperti nasihat bapak saya jangan lupa dzikir, jangan lupa sholat. Kalau kata mentor bisnis saya, bisnis itu bukan masalah untung dan rugi tapi surga dan neraka.