Pulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi yang
polpuler di Indonesia. Setiap hari raya idul fitri orang-orang
berbondong-bondong pulang ke kampong halaman. Setelah mencari keberuntungan di
tanah rantau. Entah itu yang kuliah, kerja ataupun memang karena tugas. Kalau boleh
saya bilang, tanah rantau adalah tanah perjuangan. Berjuang demi pendidikan,
ekonomi bahkan agama.
Pulang ke kampung halaman. Bagi para perantau, pulang
seperti halnya mencari kedamaian. Bertemu kembali rindu-rindu yang selama ini
terhalang oleh ruang dimensi. Pulang bertemu dengan keluarga tercinta, sanak
saudara dan teman seperjuangan dulu. Pulang dari kebisingan kota kembali desa. Pulang
kembali ke tempat kita dilahirkan. Kembali menjadi bukan apa-apa. Karena pangkat,
jabatan ataupun gelar tidak banyak berpengaruh di sana.
Kadang tidak jarang para perantau membawa bekal sangat
banyak untuk sanak keluarga. Hingga berkoper-koper, tas-tas dan kantong bawaan
yang bejubel. Memang menyedihkan ketika pulang tak membawa apa-apa. Tanpa membawa
sedikitpun oleh-oleh. Seperti tidak membawa hasil apapun.
Pulanglah. Kampung halaman kita yang sebenarnya adalah kampung
akhirat. Kesana kita akan kembali. Dunia hanyalah tempat singgah. Hanya sementara
untuk mencari bekal. Memang menyedihkan ketika pulang tanpa bekal. Tanpa “oleh-oleh”
untuk kembali. Kita memang perantau di dunia. Semoga kita pulang dengan keadaan
yang sebaik-baiknya.
0 komentar:
Posting Komentar