Minggu, 03 Juli 2016

Pulang

Pulang kampung atau mudik sudah menjadi tradisi yang polpuler di Indonesia. Setiap hari raya idul fitri orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampong halaman. Setelah mencari keberuntungan di tanah rantau. Entah itu yang kuliah, kerja ataupun memang karena tugas. Kalau boleh saya bilang, tanah rantau adalah tanah perjuangan. Berjuang demi pendidikan, ekonomi bahkan agama.

Pulang ke kampung halaman. Bagi para perantau, pulang seperti halnya mencari kedamaian. Bertemu kembali rindu-rindu yang selama ini terhalang oleh ruang dimensi. Pulang bertemu dengan keluarga tercinta, sanak saudara dan teman seperjuangan dulu. Pulang dari kebisingan kota kembali desa. Pulang kembali ke tempat kita dilahirkan. Kembali menjadi bukan apa-apa. Karena pangkat, jabatan ataupun gelar tidak banyak berpengaruh di sana.

Kadang tidak jarang para perantau membawa bekal sangat banyak untuk sanak keluarga. Hingga berkoper-koper, tas-tas dan kantong bawaan yang bejubel. Memang menyedihkan ketika pulang tak membawa apa-apa. Tanpa membawa sedikitpun oleh-oleh. Seperti tidak membawa hasil apapun.

Pulanglah. Kampung halaman kita yang sebenarnya adalah kampung akhirat. Kesana kita akan kembali. Dunia hanyalah tempat singgah. Hanya sementara untuk mencari bekal. Memang menyedihkan ketika pulang tanpa bekal. Tanpa “oleh-oleh” untuk kembali. Kita memang perantau di dunia. Semoga kita pulang dengan keadaan yang sebaik-baiknya. 

0 komentar:

Posting Komentar