Rabu, 17 Oktober 2012

“Modalnya Jangan Korupsi!!”

Cerita ini kira-kira setahun yang lalu. Ketika saya mau berangkat kuliah dan meminta izin ke orang tua saya. orang tua saya mempunyai warung dan memang sedang berada di sana. Ketika saya meminta izin, tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang sudah saya kenal bertanya kepada saya “cita-citamu opo, le?” perlu translate? Niihh >>>  “cita-cita kamu apa, nak? *bener ga?* saya menjawab dengan tegas “mau jadi pengusaha,pak” kemudian bapak itu berkata lagi (pake bahasa jawa lagi ga ya?? Pake bahasa Indonesia aja deh) “saya bilangin, saya doakan kamu sukses. Tapi modalnya jangan korupsi!!”  #jleb #jleb saya terdiam sejenak. Daaaannnn akhirnya berangkat menuju kampus.

Namun dalam perjalanan saya sempat merenung, banyak pesan yang ingin disampaikan kepada saya. ucapan tadi adalah doa sekaligus nasihat dan harapan kepada saya, anak muda. Korupsi memang sudah membudaya di Indonesia bahkan ada yang mengatakan sudah mendarah daging. Yaaa memang harapanya kepada kita, generasi pemuda. Pilihan kita hanya dua, yaitu melestarikannya atau menghapusnya. Saya juga pernah mendengar kata “bukan saatnya kita mencari generasi penerus tetapi kita harus mencari generasi pengganti”. Kebusukannya memang harus diganti. Harus dibasmi TUNTAS.

Korupsi tidak hanya ada di instansi-nistansi pemerintah saja, namun di kehidupan sehari-hari juga ada. Contohnya pedagang yang mengurangi timbangannya. Bahkan kalau saya lihat di iklan TV, cikal bakal korupsi bermula dari yang sederhana. Misalnya menerobos lampu merah (traffic light), selingkuh #eaa, nyogok waktu ditilang dan lain-lain lah. Sesuatu yang besar memang berasal dari yang kecil. Semoga kita bisa terhindar.

Koruptor itu kalau boleh saya katakan adalah pembunuh yang paling kejam. uang yang seharusnya hak orang banyak malah dimakan sendiri. Ahh memang tega. Bahkan untuk makan keluarganya. Bisa dikatakan “dosa koq ngajak-ngajak”. Coba bayangkan berapa banyak hak rakyat yang terampas haknya. Korupsi adalah cara yang paling sadis untuk membunuh dengan perlahan. Seperti menyayat-nyayat badan dan diberi jeruk kemudian dibiarkan tak berdaya hingga mati. Silakan anda tidak setuju, silakan protes tetapi silakan buat tulisan untuk menyanggah tulisan ini.

Katanya kejujuran sudah langka sekarang. Jujur sudah jadi barang yang mahal. Ahh saya ga percaya. Masih banyak anak muda dan orang tua yang jujur. Saya masih banyak menemui orang-orang yang jujur. Hanya saja orang-orang yang jujur ini jarang ter-expose. Kalau memang kejujuran sudah langka, semoga kita menjadi salah satu orang yang langka itu. Sesuatu yang langka akan dicari-cari dan akan menjadi sangaaaaat mahal. Salam…

Minggu, 14 Oktober 2012

Rumah Lentera

“anak saya gak bisa lanjut sekolah lagi karena biaya sekolah mahal” kata si bapak tua yang anaknya tidak bisa meneruskan sekolah SMP. Saya masih teringat kata-kata si bapak barusan. Betapa mirisnya keadaan bapak dan keluarnganya. Padahal tempat tinggal bapak tadi berada di dekat kota besar dan berderet gedung-gedung tinggi. Dan lebih menyedihkan lagi ternyata bapak mengalami penyakit gondok. Dalam hati saya bertanya “emang zaman sekarang masih ada penyakit gondok gitu?” dan ketika ditanya “kenapa bapak gak berobat ke rumah sakit? Kan ada bantuan dari pemerintah”. Namun jawabnya “ah ribet ngurus surat ini itu dan bayar sana sini”. Katanya pendidikan merata, katanya kesehatan…. Ah sudahlah.

Ini adalah salah satu inspirasi mengapa saya dan teman-teman membentuk komunitas rumah lentera. Setidaknya kita tak hanya mengkritik pemerintah. Tak hanya mengecam sana sini atau sumpah serapah kepada pemerintah. Bukankah salah satu isi tri dharma perguruan tinggi mengabdi kepada masyarakat? Bukankah biaya pendidikan kita disubsidi oleh rakyat? Bukankah 240 juta rakyat Indonesia berharap ada perbaikan dari kita,anak muda?. sebenarnya tak ada alasan untuk kita tidak melakukan perbaikan di negri ini. Rumah lentera adalah salah satu dari berjuta pilihan solusi kongkrit untuk perbaikan negri ini. Yaaa silakan teman-teman pilih.

Awalnya rumah lentera dibuat dari kesadaran bahwa pemuda bukan sekedar penonton perubahan. Tetapi sebagai penggerak perubahan itu sendiri. Saya pun yakin Indonesia akan mengalami perubahan yang WOW di masa depan. Para pengamat dunia pun mengatakan demikian. Namun tinggal kita yang memilih, mau jadi penonton atau aktornya. Mereka-mereka yang berkontribusi di rumah lentera saya namakan sebagai pejuang. Kalau dulu berjuang dengan bambu runcing sekarang saatnya para pemuda berjuang dengan intelektualitas yang amazing.

Yaaa yang dilakukan di rumah lentera mudah-mudah aja koq. Bahkan sangat menyenangkan. Di sana tak hanya menawarkan untuk jadi pengajar namun kita juga menawarkan diri sebagai saudara. Menyenagkan kan kalau banyak saudara? Sekaligus berbagi inspirasi dan kepedulian.

Untuk bergabung di rumah lentera sebenarnya mudah aja sih. Hanya cukup modal mau. Mau peduli dan mau berkomitmen. Gak perlu muluk-muluk, gak perlu banyak syarat ini itu dan yang terpenting gak usah menunda niat baik. ayo semangat pemuda Indonesia. Bangsa ini menunggu karya besarmu, 240 juta penduduk Indonesia berharap padamu. #ayoberaksi #ayoberkontribusi #ayopeduli

Sebuah catatan galau……….