Oke. Perjalanan di mulai dari Pontianak melewati jalan 28
oktober dan jalan berbatu. Saya membayangkan nantinya akan melewati jalan aspal
yang mulus. Ehh taunya ga ada sama sekali. Yang ada Cuma jalan berbatu, tanah
merah yang licin karena habis hujan dan jalan semen seadanya. Bahkan untuk
jalan semen saya sempat mengukurnya. Lebarnya ada yang 2 jengkal dan 3 jengkal
aja (nah coba ukur ya J).
Ternyata setelah melewati jalan yang penuh gejolak (hehhe agak lebay), kami
harus melewati sungai dengan berenang dan tenggelam bersama motor-motor. Ga
sampe berenang dan tenggelam juga sih, di sana udah tersedia TAXI. Ya beneeerr
taxi. Tapi taxi ini motor air. Saya pun heran kok di kasi nama taxi. Hmmm
Yeeeyy akhirnya kami naik taxi alias motor air untuk menuju
landak. FYI aja, sungai ini adalah perbatasan antara kabupaten kuburaya dan
kabupaten landak. Makanya saya katakan ini “jalur belakang” karena ga ada
tulisan “selamat datang di kabupaten Landak” J.
Setelah turun dari taxi, perjalanan masih dilanjutkan dan kami disambut dengan
hujan yang cukup lebat. Mungkin kedatangan kami diberkahi hehe. Jeng jeng
jeeeeng ternyata di sana masih alami dan asri buangget. Terlihat beberapa
pepohonan karet sebagai mata pencaharian masyarakat setempat.
Daaaan akhirnya sampe juga di tempat tujuan di sore hari.
Ketika sampai, saya seolah-olah terlempar jauh belasan tahun kebelakang ketika
masih kecil. Rumah-rumah jaraknya sangat jauh. Yang terdekat Cuma ada 2 rumah
aja. Ketika malam hari jalan-jalan sanat sepi, terdenganr suara-suara binatang
khas malam dan suasana sangat dingin karena masih banyak pohon dan habis hujan.
Jangan tanya di sini ada super market, warnet dan tempat karoke? Lah sinyal aja
susah!. Tapi, di sini uenak banget untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk di
kota. Rasanya damai, udara masih segar dan ada kembang desa (eh aduh ketahuan
nih :p )
Yap… kesokan subuh. Udara segeeerrr banget dan dingin kayak
di kutub utara (tiba-tiba badan beku). Pagi ini nih yang seru nih. KITA
KELILING KAMPUNG *teriak pake TOA. Sebenarnya mau main-main ke tempat saudara
taman saya ehh di sana ada sampan juga, nganggur lagi. Daaan akhirnya nyampan
juga. walaupun ngajak anak kecil nyuruh dayung (maklum ga bisa ngedayung
sampan, trauma tenggelam nyampan juga sih hehe). *pesan moral : jangan main
sampan tanpa didampingi orang yang ahli. Catet nih. abis nyampan kami kembali
ke tempat asal nginap tadi malam ( sambil liat kanan kiri, sapa tau ada kembang
desa hehe).
Ehh eh eh… kok ada yang aneh ya? Kok ga ada anak sekolah
yang lewat sih? Setelah saya tanya-tanya, ternyata mereka masuk siang. Ohh kok
gitu ya? Karena di sini kekurangan tenaga pengajar dan kebanyakan pengajarnya
noreh karet dulu (bahasa indonesianya noreh apa ya?). dan uniknya di sini ga
terlalu penting seragam sekolah yang penting sekolah!. Walaupun banyak yang
udah pake seragam sekolah tetapi ada yang masih pake baju pramuka (ini hari
senin loh). Ada juga yang Cuma pake sandal jepit. Wahhh saya tersentuh melihat
semangat mau belajar mereka walaupun dengan segala keterbatasan mereka. Yang
uniknya lagi nuansa relijius di sini masih sangat kental. Terlihat dari
anak-anak yang berangkat sekolah yang masih menggunakan kopiah dan jilbab. Di
keseharian mereka juga seperti itu. Bahkan yang laki-laki dan perempuan masih
banyak yang pake sarung. Unik kan? :D
!Cemungudh
@nggabp
0 komentar:
Posting Komentar