Aku tidak tau seberapa berat dan tidak enaknya ketika aku
berada di kandungannya. Tidur tidak enak, makan tak nyaman, berjalanpun sangat
melelahkan sekali dan bandan pun membengkak. Namun Dia selalu tersenyum dengan
keadaan ini. Dielus-elus perutnya itu dengan mengalunkan nada-nada kasih sayang
nan lembut dan tak jarang berdoa “jadilah anak yang soleh nak, berbakti kepada
orang tua”. Dia seorang ibu yang tangguh.
Aku tak pernah tau betapa sakitnya ketika aku dilahirkan
dari rahim yang kokoh itu. Peluh dan darah mengalir mempertaruhkan nyawa. Rasa
sakit yang di derita mungkin tidak ada tandingannya ketika dia mendengar
tengisan sang buah hatinya itu. Dia tak pernah berkata “mengapa anakku seperti
ini?”, tidak!! Dia akan menerima aku apa adanya. Dia seorang ibu yang kuat.
Aku tak tau betapa repotnya ketika aku meminta ASI.
Berkali-kali aku menangis dan berkali-kalilah ibu menenangkan aku. Rasa lelah
yang menghantui ketika menjaga aku sirna begitu saja ketika aku tertidur lelap.
dia seorang ibu yang sabar.
Aku tak tau betapa lelahnya ketika aku bangun dimalam hari
untuk menggantikan popok dan menenangkan ku. Sepertinya rasa lelah itu telah
lelah menghampirinya, walaupun di siang hari dia tak istirahat. Ditambah lagi
jika aku menangis, dia menggendong aku dengan lemah lembutnya. Engkau jarang
tidur, Ibu.
Aku tak tau ibuku tidur tanpa menggunakan selimut, demi aku
menggunakan dua selimut agar tidak kedinginan ketika ku sakit. Dia merasa
sukarela ketika dia kedinginan untuk sang buah hatinya tercinta. Diusap
kepalaku dengan penuh kasih sayang yang begitu besar. Dia tak rela jika aku
berlama-lama dalam kesakitan itu padahal dia lebih merasakan sakit itu. My
mother is my hero.
Aku tak tau betapa sulitnya membujuk aku untuk sekolah. Betapa
nakalnya aku, hingga aku menangis disuruh sekolah. Padahal itu untuk kebaikan
ku juga. Kembali, perkataan yang menyejukkan itu ku dengar, tetapi aku berkata
“aku tak mau sekolah!!!”. Begitu sabarnya seorang ibu itu.
Aku tak tau betapa marahnya ibuku, ketika aku ketahuan
bertengkar hingga babak belur. Namun dia menyembunyikan amarahnya di depanku.
Sering dia berkata “jangan lakukan lagi ya” dan nasehat yang luar biasa. Ibu
adalah seorang motivator.
Aku tak tau betapa berat beban hidup ibuku. Namun aku selalu
mengeluh kepadanya tetapi dia tak pernah mengeluh kepadaku. Dia tak hanya
memikirkan aku, dia juga memikirkan saudara-saudaraku yang lainnya. Namun dia
sepenuh hati mengurusi ku. Aku diajarkan bagaimana sebuah totalitas
perjuanagan.
Aku tak tau dia juga memikirkan bagaimana biaya sekolahku
nanti. Mungkin saja dia menjual barang yang dicintainya demi aku. Saat ini tak
ada lagi perhiasan melingkari di tubuhnya itu. Ibu tak pernah memikirkan
dirinya sendiri.
Aku tak tau dia menangis di sujud tahajudnya ketika aku akan
melaksanakan ujian nasional. Dia tak mau kalau saja tampak muka sedihnya
dihadapan anaknya.
Aku tak tau ibuku seorang PEMBOHONG!!!! Dia pernah berkata
“makan saja, ibu sudah makan”. Malam itu makanan tersisa sedikit bahkan nyaris
habis. Namun, ketika larut malam tiba dia baru makan malam, lalu aku bertanya
“lagi makan apa?” dia menjawab “nih makan tempe dan sambal” lalu aku berkata
lagi “ini mana ada gizinya” dia pun berkata “ mama udah tua, ga perlu banyak
gizi, angga yang perlu banyak gizi”. Ketika itu aku terdiam dan menangis,
padahal ibuku tadi belum makan malam.
Sekarang aku baru tau kalau dia adalah ibu yang perkasa, ibu
yang kuat, ibu yang tangguh dan ibu yang luar biasa. Tanpa menunjukkan
otot-otot yang jauh seperti Ade Rai ataupun binaragawan, Ibu sudah terlihat
kuat ketika senyumnya mengembang di muka yang sudah mengeriput itu, walau
masalah begitu berat. Dia tak perlu terbang seperti Superman untuk dikatakan
SUPER HERO.
Sebuah catatan kecil
untuk wanita terhebat di dunia, yang melahirkan generasi yang luar biasa, yang
jasanya tak mungkin terbalas di dunia. Untuk mu, IBU
By : Angga Bagus
Prasetiyo
0 komentar:
Posting Komentar