Kamis, 09 Februari 2012

Aku Tak Tau, IBU


Aku tidak tau seberapa berat dan tidak enaknya ketika aku berada di kandungannya. Tidur tidak enak, makan tak nyaman, berjalanpun sangat melelahkan sekali dan bandan pun membengkak. Namun Dia selalu tersenyum dengan keadaan ini. Dielus-elus perutnya itu dengan mengalunkan nada-nada kasih sayang nan lembut dan tak jarang berdoa “jadilah anak yang soleh nak, berbakti kepada orang tua”. Dia seorang ibu yang tangguh.
Aku tak pernah tau betapa sakitnya ketika aku dilahirkan dari rahim yang kokoh itu. Peluh dan darah mengalir mempertaruhkan nyawa. Rasa sakit yang di derita mungkin tidak ada tandingannya ketika dia mendengar tengisan sang buah hatinya itu. Dia tak pernah berkata “mengapa anakku seperti ini?”, tidak!! Dia akan menerima aku apa adanya. Dia seorang ibu yang kuat.
Aku tak tau betapa repotnya ketika aku meminta ASI. Berkali-kali aku menangis dan berkali-kalilah ibu menenangkan aku. Rasa lelah yang menghantui ketika menjaga aku sirna begitu saja ketika aku tertidur lelap. dia seorang ibu yang sabar.
Aku tak tau betapa lelahnya ketika aku bangun dimalam hari untuk menggantikan popok dan menenangkan ku. Sepertinya rasa lelah itu telah lelah menghampirinya, walaupun di siang hari dia tak istirahat. Ditambah lagi jika aku menangis, dia menggendong aku dengan lemah lembutnya. Engkau jarang tidur, Ibu.
Aku tak tau ibuku tidur tanpa menggunakan selimut, demi aku menggunakan dua selimut agar tidak kedinginan ketika ku sakit. Dia merasa sukarela ketika dia kedinginan untuk sang buah hatinya tercinta. Diusap kepalaku dengan penuh kasih sayang yang begitu besar. Dia tak rela jika aku berlama-lama dalam kesakitan itu padahal dia lebih merasakan sakit itu. My mother is my hero.
Aku tak tau betapa sulitnya membujuk aku untuk sekolah. Betapa nakalnya aku, hingga aku menangis disuruh sekolah. Padahal itu untuk kebaikan ku juga. Kembali, perkataan yang menyejukkan itu ku dengar, tetapi aku berkata “aku tak mau sekolah!!!”. Begitu sabarnya seorang ibu itu.
Aku tak tau betapa marahnya ibuku, ketika aku ketahuan bertengkar hingga babak belur. Namun dia menyembunyikan amarahnya di depanku. Sering dia berkata “jangan lakukan lagi ya” dan nasehat yang luar biasa. Ibu adalah seorang motivator.
Aku tak tau betapa berat beban hidup ibuku. Namun aku selalu mengeluh kepadanya tetapi dia tak pernah mengeluh kepadaku. Dia tak hanya memikirkan aku, dia juga memikirkan saudara-saudaraku yang lainnya. Namun dia sepenuh hati mengurusi ku. Aku diajarkan bagaimana sebuah totalitas perjuanagan.
Aku tak tau dia juga memikirkan bagaimana biaya sekolahku nanti. Mungkin saja dia menjual barang yang dicintainya demi aku. Saat ini tak ada lagi perhiasan melingkari di tubuhnya itu. Ibu tak pernah memikirkan dirinya sendiri.
Aku tak tau dia menangis di sujud tahajudnya ketika aku akan melaksanakan ujian nasional. Dia tak mau kalau saja tampak muka sedihnya dihadapan anaknya.
Aku tak tau ibuku seorang PEMBOHONG!!!! Dia pernah berkata “makan saja, ibu sudah makan”. Malam itu makanan tersisa sedikit bahkan nyaris habis. Namun, ketika larut malam tiba dia baru makan malam, lalu aku bertanya “lagi makan apa?” dia menjawab “nih makan tempe dan sambal” lalu aku berkata lagi “ini mana ada gizinya” dia pun berkata “ mama udah tua, ga perlu banyak gizi, angga yang perlu banyak gizi”. Ketika itu aku terdiam dan menangis, padahal ibuku tadi belum makan malam.
Sekarang aku baru tau kalau dia adalah ibu yang perkasa, ibu yang kuat, ibu yang tangguh dan ibu yang luar biasa. Tanpa menunjukkan otot-otot yang jauh seperti Ade Rai ataupun binaragawan, Ibu sudah terlihat kuat ketika senyumnya mengembang di muka yang sudah mengeriput itu, walau masalah begitu berat. Dia tak perlu terbang seperti Superman untuk dikatakan SUPER HERO.


Sebuah catatan kecil untuk wanita terhebat di dunia, yang melahirkan generasi yang luar biasa, yang jasanya tak mungkin terbalas di dunia. Untuk mu, IBU
By : Angga Bagus Prasetiyo

0 komentar:

Posting Komentar